Mata
Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / 2
Materi Pokok : Minyak bumi
Alokasi waktu : 14 jam pelajaran (1 jam untuk UH)
Standar
Kompetensi : Memahami sifat-sifat
senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi
Dasar : Menjelaskan proses pembentukan dan
teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi serta kegunaannya
Indikator :
1. Mendeskripsikan proses pembentukan minyak
bumi dan gas alam.
2. Menjelaskan komponen-komponen utama
penyusun minyak bumi.
3. Menafsirkan bagan penyulingan bertingkat
untuk menjelaskan dasar dan teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi.
4. Membedakan kualitas bensin berdasarkan
bilangan oktannya.
5. Menganalisis dampak pembakaran bahan bakar
terhadap lingkungan
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pelajaran, peserta didik
mampu :
1. Mendeskripsikan proses pembentukan minyak
bumi dan gas alam.
2. Menjelaskan komponen-komponen utama
penyusun minyak bumi.
3. Menafsirkan bagan penyulingan bertingkat
untuk menjelaskan dasar dan teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi.
4. Membedakan kualitas bensin berdasarkan
bilangan oktannya.
5. Menganalisis dampak pembakaran bahan bakar
terhadap lingkungan
C. MATERI PEMBELAJARAN
§ PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI
Hasil peluruhan
tumbuhan, hewan, pelapukan kulit bumi, dan semua yang ada diatasnya yang dibawa
oleh air laut dan kemudian mengendap. Proses pembentukan minyak dan gas bumi membutuhkan
waktu yang lama serta cara dan megolahnya menjadi bahan bakarpun dibutuhkan biaya
yang sangat mahal.
Komponen
minyak bumi adalah hidrokarbon jenuh seperti alkana (n-heptana, isooktana),
sikloalkana (metilsiklo-pentana dan etil sikloheksana), hidrokarbon _lcohol_ (benzene
dan metal _lcohol) dan senyawaan lain seperti belerang, oksigen, organologam serta
hidrokarbon tak jenuh.
§ PENYULINGAN MINYAK BUMI
Pengolahan
minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah
dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan rentang titik didih
tertentu.
Pengolahan
minyak bumi dimulai dengan memanaskan minyak mentah pada suhu sekitar 400oC,
kemudian dialirkan ke dalam menara fraksionasi dimana akan terjadi pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi
akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup gelembung.
Semakin ke atas suhu semakin rendah sehingga setiap kali komponen dengan titik
didih lebih tinggi naik, akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan terus naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian selanjutnya, sehingga komponen yang
mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas.
§ KUALITAS BENSIN
Mutu bahan bakar bensin atau premium dikaitkan
dengan jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakan
dengan bilangan oktan. Semakin
sedikit ketukan, semakin baik mutu bensin, dan semakin tinggi nilai oktannya.
Untuk menetapkan nilai oktan, ditetapkan 2 jenis
senyawa sebagai pembanding yaitu isooktana dan n-heptana. Zat tambahan (aditif)
juga diperlukan ke dalam bensin untuk mengurangi ketukan pada mesin dan
menaikkan bilangan Isooktannya, misalnya: tetraetiltimbal. Bahan aditif lainnya: alcohol, etanol, t-butil alcohol, dan t-butilmetileter.
Suatu campuran yang terdiri dari 80% isooktana dan 20% n-heptana mempunyai
nilai oktan sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80 .
§
DAMPAK
PEMBAKARAN BAHAN BAKAR TERHADAP LINGKUNGAN
Pemakaian TEL pada bensin, selain mampu
mempercepat pembakaran bensin, ternyata juga memberikan dampak negative yaitu
menghasilkan partikulat Pb dari knalpot yang mengakibatkan pencemaran udara,
mengganggu pernapasan, gigi rapuh, kerusakan tulang belakang, terhambatnya
kerja enzim, dan terganggunya pembentukan hemoglobin.
Pembakaran bensin memberikan dampak yang negative
bagi lingkungan yaitu merupakan penyebab polusi udara terbesar karena merupakan
sumber utama gas CO2, selain itu juga menghasilkan gas CO yang
beracun.
Pembakaran bensin yang mengandung belerang secara
terus-menerus dan oksida belerang yang dilepas ke udara dalam jumlah banyak
akan menimbulkan hujan asam. Selain itu, CO2 yang terlalu banyak di
udara akan menyebabkan peningkatan suhu bumi (green house effect).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar